Perkembangan Lingkungan Strategis Global dan Regional
Citizen6, Jakarta:
Dinamika dunia Internasional saat ini diwarnai dengan pergeseran
hegemoni Amerika Serikat; khususnya di kawasan Asia-Pasifik sedikit demi
sedikit mulai tergerus oleh pesatnya pertumbuhan di Cina. Amerika
Serikat tentunya tidak menginginkan terjadi ketimpangan pengaruh; karena
dengan hilangnya hegemoni di kawasan Asia-Pasifik akan membawa dampak
kerugian sangat besar pada semua aspek kehidupan Amerika Serikat.
Di sisi lain, Cina, direncanakan atau tidak, mereka telah menjelma menjadi sebuah kekuatan besar baru membawa dampak positif dan negatif; sehingga pertumbuhan di Cina merupakan koin yang memiliki 2 (dua) sisi; ancaman dan peluang. Kondisi Amerika Serikat yang sedang carut marut; menjadi semacam anti klimaks dari peran sentral Amerika Serikat di kancah Internasional, laju pertumbuhan Cina yang belum terlihat akan berhenti; cepat atau lambat akan mulai mengimbangi bahkan sangat mungkin melewati kekuatan dan pengaruh Amerika Serikat dan hal ini sangat disadari oleh Cina dan pihak lainnya, baik yang berseberangan maupun beraliansi.
Waktu 6 tahun (2014-2020) sangatlah cukup bagi Cina mengejar posisi Amerika Serikat setidaknya untuk mengimbangi kekuatan dan pengaruh pada kawasan Asia Pasifik. Hal ini tentunya membuat Amerika Serikat dalam posisi mewaspadai; dan juga negara-negara di kawasan terutama yang bersengketa langsung dengan Cina mulai menyusun strategi perang.
Persenjataan dan potensi perang
Rencana Amerika Serikat yang akan pindah fokus dari Timur Tengah ke Asia-Pasifik pada tahun 2020 dengan menempatkan 60% kekuatan Angkatan Laut di wilayah Asia-Pasifik. Pengiriman jet-jet tempur AS ke beberapa negara di kawasan Samudera Pasifik, seperti Thailand, India, Singapura dan Australia dengan maksud untuk memperkuat kehadiran militer AS di Samudera Pasifik. Kondisi ini perlu diantisipasi karena Indonesia berada pada posisi tidak baik yaitu memilih diantara 2 (dua) kekuatan; Amerika Serikat dan Cina.
Dari postur kekuatan perang, berdasarkan peringkat Global Fire Power 2013, Amerika Serikat memiliki belanja militer sebesar (682 Milyar $ US), China (166 Milyar $ US), Rusia (90,7 Milyar $ US), Inggris (60,8 Milyar $ US), Jepang (59,3 Milyar $ US), Perancis (58,9 Milyar $ US), Saudi Arabia (56,7 Milyar $ US), India (46,1 Milyar $ US), Jerman (45,8 Milyar $ US), Italia (34,0 Milyar $ US), Brasil (33,1 Milyar $ US), Korea Selatan (31,7 Milyar $ US), Australia (26.2 Milyar $ US), Kanada (22,5 Milyar $ US), Turki (18.2 Milyar $ US), sedangkan Indonesia (8.3 Milyar $ US. Jumlah belanja militer Indonesia sama dengan 1/20 belanja militer Cina dan 1/85 belanja militer Amerika Serikat.
Menurut laporan Press TV dan RIA Novosti (1/1/2014), pasukan Angkatan Laut Rusia menerima kapal selam nuklir generasi ke-4, yang telah dibangun di galangan kapal Sevmash di utara Rusia sejak tahun 1993. Severodvinsk adalah salah satu dari delapan kapal selamkelas Yasen (kelas Graney, menurut klasifikasi NATO) yang dipesan oleh AL Rusia. Kapal AL seri kedua dan ketiga dari seri, Kazan dan Novosibirsk, sedang dalam konstruksi dan akan menampilkan desain terbaru.
Menurut laporan tersebut, Severodvinsk memiliki berat 13.800 ton, panjang 119 meter, kecepatan 31 knot, dan dapat menyelam sampai 600 meter. Persenjataan utama dalam kapal selam itu adalah 24 Oniks (SS-N-26), rudal jelajah anti-kapal Kalibr (SS-N-27), torpedo dan ranjau. Rusia tahun 2014 akan menerima 12 jet tempur Su-35, dan 14 pesawat lagi pada tahun 2015. Su-35 akan berbasis di pangkalan udara Dzemga di Timur Jauh Rusia.
Sementara itu, Indonesia melakukan pembelian 102 pesawat sampai tahun 2024, antara lain 16 unit Sukhoi, 24 unit F16 dari Amerika Serikat, sekuadron T50 buatan Korea Selatan untuk menggantikan Hawk buatan AS, 8 unit pesawat latih G120PP buatan Jerman, 16 unit pesawat Embraer Supertucano buatan Jerman, 9 unit CN295 dari Spanyol, 4 unit Hercules hibah dari Australia dan sejumlah helikopter Fennec dari Prancis.
Sementara itu, kesepakatan nuklir Jenewa yang dicapai Iran dan kelompok 5+1 menjadi sorotan berbagai kalangan, terutama media global. Televisi CNN menilai tahun 2013 sebagai tahun yang penting bagi Iran dan Barat, karena di tahun itu terjadi dinamika positif dalam perundingan nuklir antara Tehran dan enam kekuatan dunia. CNN menilai kesepakatan nuklir yang dicapai Iran dan kelompok 5+1 di Jenewa berbeda dengan perundingan sebelumnya. Menurut CNN, kesepakatan 24 November 2013 sebagai kemajuan dalam perundingan nuklir antara Iran dan Barat.
Afghanistan dan Suriah telah berkembang menjadi dua wilayah yang menjadi penghubung penting (most important hubs) dari terorisme global yang mengancam keamanan di Asia Selatan, Asia Barat dan Afrika Utara. Para pejuang Mujahidin Afganistan yang dibentuk di era pendudukan Uni Soviet merupakan pondasi terjadinya terorisme kontemporer saat ini, dan para Mujahidin yang kembali dari perang sipil di Suriah banyak menciptakan generasi-generasi pejuang yang menyerang secara gerilya fasilitas pemerintah dan melakukan aksi teror terhadap warga sipil.
Konflik yang terjadi di Afghanistan dan Pakistan, serta India, telah menimbulkan kekerasan di wilayah Asia Selatan. Kekerasan ke depan diproyeksi akan semakin marak terjadi di Timur Tengah seperti Suriah dan Irak serta di kawasan Afrika terutama Nigeria dan Somalia. Sejak peristiwa 9/11 lebih dari 1 juta warga terbunuh atau terluka baik kombatan maupun non kombatan yang kebanyakan beragama Islam, sebagai dampak operasi Amerika Serikat dan koalisinya dalam memerangi insurgensi dan terorisme.
Menurut laporan START, Pakistan, Iraq dan Afghanistan sampai pertengahan 2012 mengalami 54% serangan teror yang mengakibatkan kerusakan fatal mencapai (58%). Serangah teror global ke depan, lebih akan mengarah sasaran ke beberapa negara seperti India, Nigeria, Somalia, Yaman dan Thailand. Ancaman teror global diproyeksikan akan meningkat pada 2014 terutama setelah penarikan pasukan AS dan koalisinya dari Afganistan pada akhir 2014 berita selengkapnya bisa klik disini
Di sisi lain, Cina, direncanakan atau tidak, mereka telah menjelma menjadi sebuah kekuatan besar baru membawa dampak positif dan negatif; sehingga pertumbuhan di Cina merupakan koin yang memiliki 2 (dua) sisi; ancaman dan peluang. Kondisi Amerika Serikat yang sedang carut marut; menjadi semacam anti klimaks dari peran sentral Amerika Serikat di kancah Internasional, laju pertumbuhan Cina yang belum terlihat akan berhenti; cepat atau lambat akan mulai mengimbangi bahkan sangat mungkin melewati kekuatan dan pengaruh Amerika Serikat dan hal ini sangat disadari oleh Cina dan pihak lainnya, baik yang berseberangan maupun beraliansi.
Waktu 6 tahun (2014-2020) sangatlah cukup bagi Cina mengejar posisi Amerika Serikat setidaknya untuk mengimbangi kekuatan dan pengaruh pada kawasan Asia Pasifik. Hal ini tentunya membuat Amerika Serikat dalam posisi mewaspadai; dan juga negara-negara di kawasan terutama yang bersengketa langsung dengan Cina mulai menyusun strategi perang.
Persenjataan dan potensi perang
Rencana Amerika Serikat yang akan pindah fokus dari Timur Tengah ke Asia-Pasifik pada tahun 2020 dengan menempatkan 60% kekuatan Angkatan Laut di wilayah Asia-Pasifik. Pengiriman jet-jet tempur AS ke beberapa negara di kawasan Samudera Pasifik, seperti Thailand, India, Singapura dan Australia dengan maksud untuk memperkuat kehadiran militer AS di Samudera Pasifik. Kondisi ini perlu diantisipasi karena Indonesia berada pada posisi tidak baik yaitu memilih diantara 2 (dua) kekuatan; Amerika Serikat dan Cina.
Dari postur kekuatan perang, berdasarkan peringkat Global Fire Power 2013, Amerika Serikat memiliki belanja militer sebesar (682 Milyar $ US), China (166 Milyar $ US), Rusia (90,7 Milyar $ US), Inggris (60,8 Milyar $ US), Jepang (59,3 Milyar $ US), Perancis (58,9 Milyar $ US), Saudi Arabia (56,7 Milyar $ US), India (46,1 Milyar $ US), Jerman (45,8 Milyar $ US), Italia (34,0 Milyar $ US), Brasil (33,1 Milyar $ US), Korea Selatan (31,7 Milyar $ US), Australia (26.2 Milyar $ US), Kanada (22,5 Milyar $ US), Turki (18.2 Milyar $ US), sedangkan Indonesia (8.3 Milyar $ US. Jumlah belanja militer Indonesia sama dengan 1/20 belanja militer Cina dan 1/85 belanja militer Amerika Serikat.
Menurut laporan Press TV dan RIA Novosti (1/1/2014), pasukan Angkatan Laut Rusia menerima kapal selam nuklir generasi ke-4, yang telah dibangun di galangan kapal Sevmash di utara Rusia sejak tahun 1993. Severodvinsk adalah salah satu dari delapan kapal selamkelas Yasen (kelas Graney, menurut klasifikasi NATO) yang dipesan oleh AL Rusia. Kapal AL seri kedua dan ketiga dari seri, Kazan dan Novosibirsk, sedang dalam konstruksi dan akan menampilkan desain terbaru.
Menurut laporan tersebut, Severodvinsk memiliki berat 13.800 ton, panjang 119 meter, kecepatan 31 knot, dan dapat menyelam sampai 600 meter. Persenjataan utama dalam kapal selam itu adalah 24 Oniks (SS-N-26), rudal jelajah anti-kapal Kalibr (SS-N-27), torpedo dan ranjau. Rusia tahun 2014 akan menerima 12 jet tempur Su-35, dan 14 pesawat lagi pada tahun 2015. Su-35 akan berbasis di pangkalan udara Dzemga di Timur Jauh Rusia.
Sementara itu, Indonesia melakukan pembelian 102 pesawat sampai tahun 2024, antara lain 16 unit Sukhoi, 24 unit F16 dari Amerika Serikat, sekuadron T50 buatan Korea Selatan untuk menggantikan Hawk buatan AS, 8 unit pesawat latih G120PP buatan Jerman, 16 unit pesawat Embraer Supertucano buatan Jerman, 9 unit CN295 dari Spanyol, 4 unit Hercules hibah dari Australia dan sejumlah helikopter Fennec dari Prancis.
Sementara itu, kesepakatan nuklir Jenewa yang dicapai Iran dan kelompok 5+1 menjadi sorotan berbagai kalangan, terutama media global. Televisi CNN menilai tahun 2013 sebagai tahun yang penting bagi Iran dan Barat, karena di tahun itu terjadi dinamika positif dalam perundingan nuklir antara Tehran dan enam kekuatan dunia. CNN menilai kesepakatan nuklir yang dicapai Iran dan kelompok 5+1 di Jenewa berbeda dengan perundingan sebelumnya. Menurut CNN, kesepakatan 24 November 2013 sebagai kemajuan dalam perundingan nuklir antara Iran dan Barat.
Afghanistan dan Suriah telah berkembang menjadi dua wilayah yang menjadi penghubung penting (most important hubs) dari terorisme global yang mengancam keamanan di Asia Selatan, Asia Barat dan Afrika Utara. Para pejuang Mujahidin Afganistan yang dibentuk di era pendudukan Uni Soviet merupakan pondasi terjadinya terorisme kontemporer saat ini, dan para Mujahidin yang kembali dari perang sipil di Suriah banyak menciptakan generasi-generasi pejuang yang menyerang secara gerilya fasilitas pemerintah dan melakukan aksi teror terhadap warga sipil.
Konflik yang terjadi di Afghanistan dan Pakistan, serta India, telah menimbulkan kekerasan di wilayah Asia Selatan. Kekerasan ke depan diproyeksi akan semakin marak terjadi di Timur Tengah seperti Suriah dan Irak serta di kawasan Afrika terutama Nigeria dan Somalia. Sejak peristiwa 9/11 lebih dari 1 juta warga terbunuh atau terluka baik kombatan maupun non kombatan yang kebanyakan beragama Islam, sebagai dampak operasi Amerika Serikat dan koalisinya dalam memerangi insurgensi dan terorisme.
Menurut laporan START, Pakistan, Iraq dan Afghanistan sampai pertengahan 2012 mengalami 54% serangan teror yang mengakibatkan kerusakan fatal mencapai (58%). Serangah teror global ke depan, lebih akan mengarah sasaran ke beberapa negara seperti India, Nigeria, Somalia, Yaman dan Thailand. Ancaman teror global diproyeksikan akan meningkat pada 2014 terutama setelah penarikan pasukan AS dan koalisinya dari Afganistan pada akhir 2014 berita selengkapnya bisa klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar